Batik sebagai Wadah Pergerakan Nasional Bangsa Indonesia

Batik sebagai Wadah Pergerakan Nasional Bangsa Indonesia

Batik merupakan hasil karya luhur bangsa Indonesia yang memiliki bentuk beragam. Batik merupakan suatu bentuk karya seni yang di dalamnya melibatkan banyak proses. Corak batik yang beragam selalu memiliki makna filosofisnya masing-masing. Keragaman motif dan bentuk batik mengilhami kekayaan sumber daya alam yang dimiliki wilayah Indonesia. Batik merupakan kerajinan masyarakat yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat kebudayaan di Indonesia.

Perkembangan produksi dan perdagangan batik sudah dimulai jauh sebelum masa kekuasaan Mataram. Jadi, batik sudah menjadi identitas bangsa Indonesia sejak masa Majapahit berkuasa dan diturunkan kepada kekuasaan-kekuasaan selanjutnya. Motif batik di tiap wilayah tentu saja memiliki ciri dan kegunaan khusus sehingga batik Nusantara sangatlah beragam jenisnya. Dengan sering terjadinya peperangan antara keluarga kerajaan dengan kolonial Belanda, maka banyak dari keluarga kerajaan dan masyarakat berpindah ke wilayah-wilayah baru di Jawa untuk kepentingan bertahan hidup. Perpindahan ini tentunya membawa kebudayaan mereka salah satunya yaitu batik.

Batik yang menjadi komoditas perdagangan utama terus berkembang, bahkan di beberapa daerah terdapat kampung yang mata pencaharian masyarakatnya khusus memproduksi batik seperti kampung batik laweyan. Batik laweyan sudah ada sejak abad ke-15 semasa pemerintahan Sultan Hadiwijaya di Keraton Pajang. Industri batik laweyan terus berkembang dengan berbagai motif sehingga Laweyan menjadi sentra industri batik tertua. Dengan ramainya persaingan dagang batik di Surakarta pada saat itu, mendorong salah satu saudagar batik yang ada di Laweyan yaitu KH Samanhudi untuk mendirikan Sarekat Dagang Islam di Surakarta yang berguna sebagai koperasi pedagang batik Jawa. Sejak saat itu, mulai didirikanlah cabang-cabang lain di beberapa wilayah untuk menguatkan persatuan antara pedagang batik Jawa dalam melawan monopoli perdagangan oleh pihak kolonial Belanda. Lahirnya Sarekat Dagang Islam di Surakarta yang awalnya hanya berfokus untuk mempersatukan dan menjembatani usaha para pedagang batik, lalu berkembang menjadi kekuatan massa yang mampu menghimpun ide-ide cemerlang untuk melawan monopoli kolonial Belanda. Pada akhirnya, Sarekat Dagang Islam diubah menjadi Sarekat Islam dengan tujuan selain menghimpun kekuatan ekonomi, tetapi juga mulai masuk ke ranah ideologi politik, sosial, serta kebudayaan.

Pada akhirnya, batik yang pada awalnya hanya sebuah karya seni yang diperdagangkan, secara tidak langsung menjadi dasar perjuangan pergerakan nasional Indonesia. Dengan lahirnya Sarekat Dagang Islam lalu berubah menjadi Sarekat Islam, menimbulkan kesadaran di beberapa wilayah Indonesia saat itu untuk mempersatukan kekuatan bersama-sama dalam melawan penjajahan di Indonesia. Batik  bukan lagi dianggap sebagai karya seni manusia saja, tetapi di dalamnya terdapat falsafah perjuangan bangsa Indonesia dalam memperoleh kemerdekaan. Maka dari itu, batik perlu dijaga sebagai warisan budaya Indonesia yang menjadi penggerak serta saksi bisu pergerakan nasional Indonesia. Kita sebagai generasi muda wajib hukumnya merawat kekayaan seni dan budaya Indonesia apapun bentuknya karena itu merupakan identitas bangsa Indonesia sendiri. Hal tersebut sudah dimulai oleh Museum Sonobudoyo dengan memperkenalkan batik sebagai koleksi yang dipamerkan di museumnya. Kemudian, tugas kita sebagai generasi penerus bangsa adalah turut mendukung dan berkontribusi dalam melestarikan batik sesuai kemampuan masing-masing.

Komentar

Artikel Terkait

Lebih Banyak