Tradisi Daur Hidup Masyarakat Dalam Tatanan Adat Jawa

Tradisi Daur Hidup Masyarakat Dalam Tatanan Adat Jawa

Dalam upacara tradisi banyak mengandung muatan simbolik yang mencerminkan norma serta nilai budaya yang berlaku ditengah masyarakat.Kegiatan upacara adat daur hidup ini telah dilaksanakan sejak adanya tanda-tanda kehamilan sampai manusia meninggal dalam jangka waktu tertentu. Kegiatan tradisi daur hidup manusia ini berlangsung sejak kehamilan sampai kematian yang terbagi dalam berberapa lini waktu, yakni, kehamilan, kelahiran, kanak-kanak, remaja, perkawinan serta kematian. Secara esensial, pelaksanaan upacara tradisi daur hidup manusia tersebut di masyarakat zaman dahulu hingga saat ini tidak banyak perbedaan.Pada masa kehamilan itu, dalam kehidupan masyarakat Jawa umumnya akan diperingati dan diperhatikan dari awal bulan kelahiran sampai dengan menjelang kelahiran.Selain melakukan upacara wilujengan, pada masa kehamilan tersebut dalam budaya Jawa masih berkembang adanya kepercayaan-kepercayaan yang seolah diluar perhitungan nalar ataupun logika.Dalam kehidupan masyarakat Jawa dalam menyongsong kelahiran bayi, juga menyelenggarakan berbagai bentuk upacara tradisi, seperti brokohan, mendhem ari-ari, sepasaran, puputan, selapanan, dan wetonan. Dalam tradisi masyarakat Jawa, masa kanak-kanak merupakan masa yang harus diperhatikan dengan tujuan memohon keselamatan bagi si anak yang mengalami berbagai pertumbuhan dan perkembangan.

Setelah masa kelahiran, tradisi masyarakat Jawa yang dilaksanakan pada masa kanak- kanak, yaitu tedhak siten, gaulan, sapihan, tarapan, tetesan panguran maupun supitan. Pada masa dewasa, tradsi yang berkembang di masyarakat Jawa yakni, khitanan (sunat) dan tarapan.Tradisi masyarakat Jawa juga masih sangat dekat dengan adat kematian.Dalam upacara kematian masyarakat Jawa pada umumnya akan melakukan kegiatan telunan, pitung dino, patang puluhan, satusan, pendak 1, pendak 2, dan sewunan.

Masyarakat Jawa begitu akrab dan dekat dengan berbagai upacara tradisi. Dalam upacara tradisi banyak mengandung muatan simbolik yang mencerminkan norma serta nilai budaya yang berlaku ditengah masyarakat. Pada tatanan kehidupan, nilai dan norma merupakan bagian penting yang berperan dalam membentuk suatu identitas kehidupan budaya di masyarakat. Disisi lain, kegiatan tradisi lokal telah melekat dan dipelihara serta dipegang teguh di masyarakat.

Bentuk upacara tradisi dimasyarakat dilaksanakan secara umum memiliki karakteristik yang sama, seperti upacara tradisi daur hidup manusia. Kegiatan upacara adat daur hidup ini telah dilaksanakan sejak adanya tanda-tanda kehamilan sampai manusia meninggal dalam jangka waktu tertentu. Hal ini tak luput dari kepercayaan yang telah tumbuh dan berkembang di masyarakat. Kegiatan tradisi daur hidup manusia ini berlangsung sejak kehamilan sampai kematian yang terbagi dalam berberapa lini waktu, yakni, kehamilan, kelahiran, kanak-kanak, remaja, perkawinan serta kematian.

Secara esensial, pelaksanaan upacara tradisi daur hidup manusia tersebut di masyarakat zaman dahulu hingga saat ini tidak banyak perbedaan. Menurut Koentjaraningrat dalam Herusatoto (1991), adat istiadat dibagi menjadi empat tingkatan, yakni nilai budaya, norma-norma, hukum, dan aturan khusus. Pertama, tingkatan nilai budaya berupa suatu ide yang mengkonsepsikan sesuatu nilai berharga dalam kehidupan masyrakat. Hal ini biasanya tumbuh dan berkembang dalam emosional alam jiwa manusia. Kedua, sistem norma yang berupa nilai-nilai budaya saling terkait dan berperan masing-masing dalam anggota masyarakat. Ketiga, sistem hukum yang berlaku, seperti kelahiran, perkawinan, dan hukum adat kekayaan. Keempat, aturan-aturan khusus yang mengatur berbagai kegiatan terbatas dalam ruang lingkup masyarakat yang bersifat konkret.

Dalam konsep daur hidup manusia terdapat lima tahapan. Adapun tahapan yang ada dalam konsep daur hidup manusia adalah sebagai berikut:

  1. Upacara kehamilan
    Masa kehamilan dalam hidup berumah tangga merupakan harapan serta tujuan untuk memberi keturunan. Pada masa kehamilan itu, dalam kehidupan masyarakat Jawa umumnya akan diperingati dan diperhatikan dari awal bulan kelahiran sampai dengan menjelang kelahiran. Wujud perhatian dan bentuk peringatan itu dilaksanakan dengan bentuk upacara selamatan atau wilujengan. Dalam moment wilujengan, sang orang tua berdoa agar bayi yang lahir kelak akan menjadi anak yang baik. Selain melakukan upacara wilujengan, pada masa kehamilan tersebut dalam budaya Jawa masih berkembang adanya kepercayaan- kepercayaan yang seolah diluar perhitungan nalar ataupun logika. Kepercayaan yang ada itu pada umumnya mengandung ajaran agar kedua orang tua si jabang bayi yang ada di dalam kandungan itu selalu berbuat kebaikan. Dalam upacara kehamilan ini mengalami proses-proses yang panjang, seperti ngebor-ebori, neloni, patang sasi, nglimani, mitoni, procotan, dan selamatan hamil tua.
  2. Upacara kelahiran
    Kelahiran atau persalinan merupakan masa-masa yang kritis bagi seorang ibu. Pada waktu itulah, perjuangan hidup dan mati dipertaruhkan. Pada jaman dahulu, proses persalinan dibantu oleh seorang dukun. Dalam kehidupan masyarakat Jawa dalam menyongsong kelahiran bayi, juga menyelenggarakan berbagai bentuk upacara tradisi, seperti brokohan, mendhem ari-ari, sepasaran, puputan, selapanan, dan wetonan.
  3. Upacara masa kanak-kanak
    Dalam tradisi masyarakat Jawa, masa kanak-kanak merupakan masa yang harus diperhatikan dengan tujuan memohon keselamatan bagi si anak yang mengalami berbagai pertumbuhan dan perkembangan. Setelah masa kelahiran, tradisi masyarakat Jawa yang dilaksanakan pada masa kanak-kanak, yaitu tedhak siten, gaulan, sapihan, tarapan, tetesan panguran maupun supitan.
  4. Upacara masa dewasa
    Pada masa dewasa, tradsi yang berkembang di masyarakat Jawa yakni, khitanan (sunat) dan tarapan.

Tradisi masyarakat Jawa juga masih sangat dekat dengan adat kematian. Dalam kehidupan masyarakat Jawa, kematian diartikan sebagai situasi kembalinya roh kepada pangkuan tuhan. Dalam hal ini, masyarakat Jawa memiliki tradisi khusus dalam menghormatinya. Dalam upacara kematian masyarakat Jawa pada umumnya akan melakukan kegiatan telunan, pitung dino, patang puluhan, satusan, pendak 1, pendak 2, dan sewunan. Dalam tradisi ini bermaksud mendoakan agar roh yang meninggal dapat dengan tenang berada di alam yang berbeda.

Berdasarkan hal diatas, dapat kita ketahui bersama bahwa tradisi daur hidup manusia memiliki alur yang panjang dan penuh makna. Hal tersebut tidak lain dengan maksud sebagai wujud doa memohon keselamatan diri kepada sang pencipta, agar selalu diberikan hal-hal baik selama hidup di dunia.

Penulis 

Jefri Eko Cahyono

Sumber Photo 

Dokumentasi Pribadi 

Komentar

Artikel Terkait

Lebih Banyak